Jilid 4 \ 1892 - 1896 ( Patuh )

1892, Dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang mematuhi perintahku, maka sesungguhnya orang itu mematuhi perintah Allah. Dan siapa yang melanggar perintahku, maka sesungguhnya dia mendurhakai Allah. Siapa yang mematuhi perintah pembesarku, maka sesungguhnya orang itu mematuhi perintahku. Dan siapa yang melanggar perintah pembesarku, maka sesungguhnya orang itu melanggar perintahku.

1893, Dari Abdullah r.a. bahawa Rasulullah saw. bersabda: Tidak boleh iri hati melainkan dalam dua hal: 1. Seseorang yang diberi Allah harta dan diberi kekuatan untuk mempergunakan harta itu di jalan yang besar. 2. Seorang lagi diberi Allah hikmat pengetahuan yang dalam dan dengan hikmat itu dia memutuskan perkara serta diajarkannya."

1894, Dari Anas bin Malik r.a. katanya: Rasulullah saw. bersabda: "Hendaklah kamu mendengarkan dan mematuhi perintah, biarpun yang diangkat untuk memerintahi kamu seorang hamba sahaya bangsa Habsyi, rambutnya bagai anggur kering.

1895, Dari Abdullah r.a. dari Nabi saw. beliau bersabda: "Seorang Muslim perlu mendengarkan dan mematuhi perintah, yang disukainya dan yang tidak disukainya, selama tidak disuruh mengerjakan maksiat (kejahatan). Tetapi apabila dia disuruh mengerjakan kejahatan, tidak boleh didengar dan tidak boleh dipatuhi."

1896,Dari Ali r.a. katanya: "Nabi saw. mengirim satu pasukan tentera dan diangkat menjadi kepalanya (komandan) seorang laki-laki dari kaum Ansar. Nabi memerintahkan kepada mereka supaya mematuhi perintah pemimpinnya. (Pada suatu kali) komandan itu marah kepada mereka dan mengatakan: "Bukankah Nabi saw. telah menyuruh kamu mematuhi perintah saya?" Mereka menjawab: "Ya! Katanya lagi: "Saya ingin setelah kamu mengumpulkan kayu api dan menyalakan api kamu masuk ke dalam api itu." Lalu mereka mengumpulkan kayu api dan menyalakan api. Setelah mereka hendak masuk ke dalam api, satu sama lain berpandang-pandangan. Sebahagiannya mengatakan: "Kita mengikuti Nabi saw. supaya terhindar dari api. Mengapa kita sekarang masuk ke dalam api?" Dalam keadaan demikian, api tadi mulai padam dan marah komandan pasukan itu telah tenang. Kemudian hal itu diceritakan orang kepadanya Nabi saw. Beliau berkata: "Kalau mereka masuk ke dalam api itu, nescaya tidak akan keluar buat selamanya. Kepatuhan itu hanya da lam mengerjakan perbuatan baik. "