Jilid 4 \ 1615 - 1629 ( Cerai )

1615, Dari 'Abdullah bin 'Umar r.a., ia menceraikan isterinya sedang kotoran (menstruasi) di masa Rasulullah saw., lalu 'Umar bin Khattab r.a. bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai hal ini. Rasul berkata: "Suruhlah ia rujuk kepada isterinya. Ia harus tetap menjaga isterinya sampai suci kembali, lalu setelah itu mengeluarkan kotoran kembali, dan suci kembali. Setelah itu baru kalau ia mahu memelihara isterinya terus, boleh, dan kalau ia mahu menceraikannya, juga boleh, asal ia belum bersenggama dengannya. Itulah masa yang tepat di mana Tuhan memperbolehkan menceraikan isteri"

1616, Dari 'Aisyah r.a., katanya: "Isteri Rifaah al-Qurazi datang kepada Rasulullah saw. Ia berkata: "Ya Rasulullah, Rifaah telah menceraikan saya dengan suatu perceraian yang tidak dapat rujuk kembali. Setelah itu saya kahwin dengan 'Abdurrahman bin Zubir al-Qurazi, tetapi dengan dia tidak terjadi apa-apa." Rasul berkata: "Kelihatannya engkau hendak kembali kepada Rifaah. Tidak boleh sebelum engkau bergaul (bersenggama) dengan 'Abdurrahman."

1617, Dari 'Aisyah r.a., ada seorang laki-laki yang telah menceraikan isterinya tiga kali. Isterinya kahwin lagi dengan seorang lain, lalu cerai pula. Nabi saw. ditanya orang: "Bolehkah wanita itu kahwin lagi dengan suaminya yang pertama?" Rasul menjawab: "Tidak boleh sebelum ia bergaul (bersenggama) dengan suami kedua, sebagaimana ia bergaul dengan suami pertama. "

1618, Dari 'Aisyah r.a., katanya: Ada seorang laki-laki menceraikan isterinya. Wanita itu kahwin lagi dengan suami lain, lalu cerai lagi. Dengan suaminya yang kedua ini, ia tidak mengalami apa-apa, sehingga ia tidak pernah merasakan apa yang dikehendakinya dari suaminya itu, dan ia telah diceraikan pula. Wanita itu datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: "Ya Rasulullah, suami saya telah menceraikan saya. Saya telah kahwin pula dengan seorang suami lain. Suami itu bergaul dengan saya, tetapi tidak ada apa-apanya (tidak bersenggama). Ia hanya satu kali pernah mendekat kepada saya. Ia tidak sampai kepada suatu pun dengan saya. Bolehkah saya kahwin lagi dengan suami pertama?" Rasulullah saw. menjawab: "Kamu tidak boleh kahwin dengan suamimu yang pertama sampai kamu bergaul (bersenggama) dengan suamimu yang kedua.

1619, Dari Ibnu 'Abbas r.a., isteri Tsabit bin Qais datang kepada Rasulullah saw. Ia berkata: "Ya Rasulullah, Tsabit bin Qais saya tidak mencela budi-pekertinya dan agamanya. Saya tidak mahu kafir dalam Islam." Rasul bertanya: "Mahukah engkau mengembalikan kebunnya?" "Mahu," jawabnya. Maka Rasulullah saw. berkata kepada Tsabit: "Ambillah kembali kebunmu dan ceraikanlah ia satu kali."

1620, Dari 'Abdullah r.a., ada seorang laki-laki Ansar menuduh isterinya berbuat serong. Lalu kedua suami-isteri itu disumpah oleh Nabi saw., kemudian diceraikan antara keduanya.

1621, Dari Miswar bin Makramah r.a., seorang wanita bernama Subaiah al-Aslamiah melahirkan anak beberapa malam setelah suaminya meninggal dunia. Ia datang kepada Nabi saw. minta izin untuk kahwin lagi. Rasul saw. memberi izin kepadanya. Ia kahwin lagi.

1622, Dari Ummu Habibah r.a.. katanya: "Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Seorang wanita yang percaya kepada Allah dan hari akhirat, tidak diperbolehkan berkabung atas seorang yang meninggal dunia lebih dari tiga hari, kecuali atas suaminya, maka ia boleh berkabung selama empat bulan sepuluh hari."

1623, Dari Abu Masuud al Ansari r.a., Rasulullah saw. bersabda: "Apabila seorang Muslim memberikan belanja kepada keluarganya semata-mata kerana mematuhi Allah, maka ia mendapat pahala."

1624, Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang berusaha keras membantu janda dan orang miskin, sama ertinya dengan berjuang di jalan Allah atau selalu solat sepanjang malam hari dan selalu berpuasa di siang hari."

1625, Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda: "Allah berfirman: "Hai Anak Adam, belanjakanlah harta mu di jalan kebaikan, maka Aku akan membelanjai mu!"

1626, Dari Saad r.a., katanya: Sewaktu saya sakit di Mekah, Nabi saw. datang melihat saya. Saya berkata: "Saya memiliki sejumlah harta. Saya akan membuat wasiat untuk menyerahkan seluruh harta saya itu." Jawab Rasul: "Tidak boleh!" "Setengah?" kataku. "Tidak." jawab Rasul. "Apakah boleh sepertiga?" tanyaku lagi. Rasul menjawab: "Sepertiga boleh, tetapi masih terlalu banyak. Engkau lebih baik meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, daripada kamu tinggalkan mereka dalam keadaan melarat dan menjadi beban dari orang lain. Semua pengeluaran yang kamu belanjakan adalah sedekah dan berpahala bagi mu. Bahkan sesuap nasi yang engkau berikan kepada isterimu. Mudah-mudahan janganlah Allah menjadikan engkau seorang yang berguna bagi kelompok manusia, tetapi mendatangkan malapetaka bagi kelompok lain."

1627, Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda: "Sedekah yang terbaik adalah yang dilakukan oleh orang yang kaya. Mulailah memberikan sedekah dengan bersedekah kepada orang yang menjadi tanggung-jawabmu!"

1628, Dari 'Aisyah r.a., Hind binti 'Utbah berkata: "Ya Rasulullah, suamiku Abu Sofyan adalah seorang yang amat kikir. Ia tidak pernah memberikan belanja yang cukup untuk saya dan anak-anak kecuali kalau saya mengambil wangnya tanpa pengetahuannya." Rasul menjawab: "Ambil sajalah secukupnya untuk engkau dengan anakmu, dengan cara yang baik dan sesuai."

1629, Dari Ummu Salamah r.a., katanya: Saya berkata kepada Rasulullah s.a.w.: "Ya Rasulullah, kalau saya membelanjai anak-anak Abu Salamah dan saya tidak mahu meninggalkan mereka dalam keadaan terlantar, kerana mereka adalah juga anak-anak saya, apakah saya memperoleh pahala?" Rasul menjawab: "Benar, engkau akan memperoleh pahala atas segala nafkah yang engkau belanjakan."